Minggu, 15 Mei 2011

Geomorfologi Pulau Jawa


BAB I
PENDAHULUAN


Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan bergeser. Gerakan lempeng di Indonesia adalah saling ketemu. Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan ditandai dengan penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat yang lebih besar menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan. Akibat penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi batuan yang tidak selaras sehingga terjadi pergerakan yang mempengaruhi magma dalam bumi.Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin tinggi, sehingga tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan litosfer dan menguraikan athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa jika terjadi gaya endogen berupa pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunungapi.
Dalam makalah ini akan dibahas secara umum kondisi Geologi dan Fisiografis dari pulau Jawa. Adapun materi-materi yang akan dibahas yaitu : Sifat Umum Rilief, Kondisi Geologi, dan Fisiografi pulau Jawa.

















Gb. 1
Subduksi Jawa


BAB II
ISI

A. SIFAT UMUM RILIEF
Pulau Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri geografinya disebabkan karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang. Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu yaitu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau Jawa. Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal. Perbedaan topografi yang disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang nampak jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun pulau Jawa banyak terdapat lembah kecil dan mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang sehingga banyak terjadi dijumpai parit alam (gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang rapat mengakibatkan topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu pernah terangkat tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu singkat. Sebaliknya peneplain dan permukaan yang datar juga akan terbentuk dalam waktu yang cepat dari pada di daerah iklim lainnya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan suatu daerah berupa peneplain, tetapi untuk pulau Jawa mungkin mengherankan mengapa semua topografinya belum merupakan peneplain. Alasannya bahwa erosi dan danudasi dapat diimbangi oleh orogenesa muda dan epirogenesa yang masih bergerak, yang mana gerak lipatan/ melipat masih terus berlangsung dalam sebuah periode era pleistosen. Akan tetapi di balik itu gunungapi banyak mengeluarkan bahan-bahan yang banyak dari pada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada permukaan tanah. Pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok memanjang sepanjang pulau. Ketiga zona ini sangat berbeda baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat. Dibagian tengah dan bagian paling barat pulau Jawa, zona-zona serta jalurnya tampak kurang jelas karena menunjukan adanya perubahan-perubahan. Zona-zona tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Zona Selatan
Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut Hindia dan disebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini sering terkikis sehingga kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zona ini telah diganti (ditempati) oleh dataran alluvial.
b. Zona Tengah
Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian daerahnya diganti (ditempati) oleh rangkaian pegunungan Serayu selatan, yang mana disebelah utara berbatasan dengan depresi yang lebih kecil. Di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.
c. Zona Utara
Zona utara terdiri dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah diselingi oleh beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran alluvial.

B. KONDISI GELOGI JAWA
Dari sudut geologi ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda, yaitu:
a. Zona Selatan
Di zona selatan ini lapisan yang lebih tua terdiri dari endapan vulkanik yang tebal (breksi tua) dan bahan-bahan endapan (seperti alas Anulatus) yang terlipat pada waktu periode meosen tengah. Di bagian selatan zone ini mengalami sedikit lipatan, tetapi lipatan tersebut menjadi lebih kuat di dekat batas sebelah utara. Daerah ini merupakan daerah peralihan dari zona tengah yang ditutupi secara tidak selaras (unconfonform) oleh bahan-bahan yang tidak terlepas dari meosen atas. Dibanyak tempat lapisan ini telah dipengaruhi oleh gerakan miring (tilted). Dibeberapa tempat dasar (alas/bed) meosen atas ini terdiri dari batuan kapur yang mempunyai pengaruh yang sangat nyata pada topografinya. Endapan yang lebih muda dari meosen muda dan endapan pleosen tua hampir tidak ada.
b. Zona Tengah
Sepeti di Jawa Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di zona ini Gerakan orogenesa meosen tengah dan meosen muda sangat kuat dan sering menyebabkan lipatan menjungkir atau membentuk struktur menjorok (Thrusting/ Imbricated) menyebabkan batuan tersier atau juga lapangan pratersier tertutup, yaitu di daerah pegunungan Jiwo, daerah Lokulo di Jawa Tengah, pegunungan Raja Mandala, lembah Cimandiri, dan Banten bagian selatan. Pada periode neogen terdapat juga beberapa lapisan tak selaras dan sedikit lipatan yang terjadi setelah akhir neogen.
c. Zona Utara
Di zona utara ini lapisan neogen muda lebih tebal dibanding zona lainnya, dan ini adalah inti dari geosklinal muda. Lipatan yang lebih tua terjadi sejak periode meosen atas. Lipatan ini nampak lebih jelas di zona tengah tetapi juga dapat dilihat di zona utara dari Jawa Tengah. Di lain tempat pengendapan berlangsung selama periode meosen tengah dan meosen atas. Di igir pegunungan Kendeng (Jawa Timur) pengendapan pada geosklinal berjalan terus sampai plestosen tengah. Selam plestosen tengah orogenesa dihasilkan dari lipatan yang keras dengan lipatan yang terbalik (Upturned Folds and Thrust). Lebih menuju ke periode kwarter mungkin dapat dilihat tetapi pelipatan plestosen tengah berjalan terus dan menonjol. Di Jawa Barat gerakan pelipatan utama terjadi pada permulaan pletosen kemudian diikuti oleh gerakan lipatan yang lemah setelah periode igir plestosen tengah. Di sebelah utara igir penggunungan Kendeng dikenal dengan sebutan bukit Rembang. Di daerah tersebut lapisan neogennya jauh lebih tipis dari pada di pegunungan Kendeng dan sebagian terdiri dari batuan kapur. Zona ini terletak di sebelah utara dari poros geosiklin neogen, yaitu merupakan daerah peralihan antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh laut Jawa yang terjadi pada jaman meosen dengan poros pegunungan Kendeng itu sendiri. Pengendapan berjalan terus selama periode atau bagian dari era plestosen.

C. KONDISI FISIOGRAFI JAWA
1. Jawa Timur
Zona yang berbeda sangat jelas dan mudah dipisahkan di daerah Jawa Timur atau paling tidak sebagian besar dari bagian tadi dapat diketahui dengan jelas. Adapun pembagian satuan/ zona fisiografi di Jawa Timur adalah:
a. Zona Plato Selatan
Deskripsi fisiografi dari zona plato selatan baik dimulai disebelah barat dan pada daerah peralihan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, karena bagian ini sangat nyata dan dapat diamati dengan jelas, terutama berdasarkan penyelidikan mendasar dari H. Lehman. Permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang terangkat (uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen muda. Peneplain ini tidak hanya terangkat tetapi juga mengalami gerak pembengkokan (warped) ke dalam depersi dan kulminasi yang luas. Zona Plato Selatan kondisi Fisiografinya meliputi:
- Topografi Karst Gunung Sewu
- Cekungan Wonosari dan Baturetno
- Escarpment Plato Selatan
- Perluasan Lembah
- Zona Plato disebelah Timur Popoh
- Semenanjung Blambangan
- Zona Tengah Vulkanik
- Kelompok Pegunungan Arjuno
- Kelompok Pegunungan Tengger
- Kelompok pegunungan Paling Timur
- Kelompok Gunung Wilis
- Kelompok Gunung Lawu
b. Zona Utara atau Zona Lipatan.
Zona Utara ini keadaannya paling lebar di Jawa Timur ±87 km. Di Jawa Timur dibagian utara dapat dibagi menjadi 2 sub zona yang berbeda:
- Igir Pengunungan Kendeng
Igir pegunungan Kendeng merupakan kenampakan garis yang horizontal, dimana semua punggung-punggungnya mempunyai tinggi yang sama. Menurut Rutten yaitu terbentuk sebagai akibat kerja peneplainisasi sehingga mencapai ketinggian permukaan yang sama. Dan ketinggian peneplain tadi menurut Lehman berkisar ± 120-145 m yaitu tinggi dekat lembah melintang dari Bengawan Solo ke arah barat naik sampai setinggi 180 m, dan ke timur semakin tinggi lagi ± 250 m. Sisa peneplain hanya terdapat pada igir yang terdiri dari batuan yang tahan lapuk. Menurut Lehman bahwa diantara igir tadi terdapat suatu sistem pengikisan permukaan yang lebih rendah, yaitu pada ketinggian ± 150 m di atas permukaan laut. Untuk menentukan umur dari pengikisan permukaan intramontana dan umur dari peneplain di atas, maka harus mengarahkan penyelidikan pada endapan yang terlipat. Untungnya stratigrafi dari endapan terlipat ini diketahui umurnya dari penyelidikan yang dilakukan oleh L.J.C Van Es dan diteruskan Duyjes yaitu diketemukan fosil binatang bertulang belakang. Dengan demikian urutan geomorfologinya menurut Lehman adalah endapan yang terjadi pada plestosen tua yang menutupi alas plestosen Kalibeng adalah alas Pucangan yang mana telah diketemukan fauna Jetis berumur plestosen tua. Dari sebelah timur masih merupakan endapan laut, di sebelah barat sebagian endapan terdiri dari vulkanis dan sebagian terdiri dari tanah liat air tawar. Hal ini menunjukan pernah terjadi regresi, menurut Duyjes dikatakan bahwa regresi yang terjadi akibat dari gerak tektonik. Tetapi oleh Smith Sibinga dikatakan bahwa regresi tadi akibat dari karena penurunan permukaan air laut. Di lereng sebelah selatan igir Kendeng terdapat semacam breksea endesitik Notopuro, yang mana menutupui alas Kabuh secara conform.
- Perbukitan Rembang
Perbukitan Rembang terdiri dari bukit-bukit lipatan, tetapi berbeda dengan pegunungan Kendeng. Dari sudut tektonik lipatan di perbukitan Rembang lebih landai dan simetris dari pada yang terdapat di Kendeng, dimana zona Kendeng lipatannya kuat, curam, dan upturned.
Ditinjau dari sudut stratigraphy endapan neogen muda lebih tipis hal ini disebabkan karena daerah tadi terletak di luar proses neogen geosiklin dan merupakan daerah peralihan terhadap zona laut Jawa. Beberapa endapan terutama plestosen atas terdiri dari batuan kapur (gb 16) yang mempunyai pengaruh dalam topografi. Endapan-endapan plestosen bawah dan tengah sebagian terdiri dari batuan tanah liat. Dengan demikian sangat mudah dirusak oleh gaya erosi ditempat siklin. Gerak lipatan ini terjadi pada bagian akhir plestosen tengah.
Dari sudut fisiografi suatu perbedaan dengan pegunungan Kendeng bahwa ia merupakan antiklin seungguhpun sebagian telah miring, tetapi secara topografi ia masih jelas dalam kektinggiannya yang di atasnya ditutupi oleh lapisan datar dari suatu peneplain, hal ini telah dijelaskan oleh Lehman, yaitu karena adanya gerakan lipatan yang lambat dan berlanjut selama proses erosi dan danudasi. Permukaan yang diratakan terletak diantara antiklin masih mempunyai tinggi kurang lebih 150-300 meter. Diantara lipatan tersebut terdapat depresi dimana permukaan aslinya mulai menurun dan yang sekarang telah diisi oleh endapan muda seperti cekungan Belora, Jojongan dan lain-lain. Pola drainase asli dari antiklin adalah radial, tetapi karena fase gerak lipatan yang terjadi kemudian dan juga gerak pengangkatan dari beberapa antiklin maka sungai-sungai akan memperdalam lembah-lembahnya pada permukaan dasar dan merubah aslinya menjadi subsekwen yaitu menurut batuan yang lunak
 Gambar Kondisi Geologi dan Fisiografi Jawa Timur






























































2. Jawa Tengah
a. Zona Selatan
Di zona selatan ini sudah banyak daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah permukaan laut. Sisa paling timur dari zona ini terdapat di pegunungan Progo. Sisa ini berbentuk seperti bentuk dome. Hanya dibeberapa tempat di Nanggulan terdapat endapan batu-batuan eosen terdiri dari breksi andesit oligosen, sebagian tertutup oleh batuan kapur meosen. Setelah beberapa gerakan tektonik sebagian besar daerah tadi diratakan dan untuk waktu yang lama tetap sebagai dataran rendah. Selanjutnya karena pergerakan yang terjadi kemudian sebagian dari peneplain ini terangkat sehingga terjadi dome dan di daerah sekitarnya mengalami penurunan. Pada puncak dome beberapa bagian dari peneplain tua masih nampak demikian juga sekelilingnya berupa daerah batuan kapur yang mempunyai kenampakan topografi karst.
Dengan demikian pegunungan Progo dapat dimasukan ke dalam zona selatan yang ada di sebelah timur Jawa Tengah. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa “updoming” dari pegunungan Progo barat seumur dengan pengangkatan dari zona selatan yang ada di Jawa Timur. Sisi utara dari pegunungan Progo barat ini terpotong escarpment seperti halnya dengan zona selatan. Pelipatan di sisi utara Progo lebih kuat, sifat tektonik berubah dan dapat dikatakan peralihan ke zona tengah. Pada kaki escarpment ini batu-batuan tua nampak menonjol dipermukaan, tidak jauh dari candi Borobudur. Keadaan ini seperti yang terjadi di pegunungan Jiwo. Bagian selanjutnya dari zona selatan adalah daerah Karang Bolong yang terdiri dari lapisan meosen batuan kapur meosen muda dengan karst relief yang menutupi batuan andesit tua. Di sebelah selatan clifnya dibatasi oleh lautan. Di sebelah utara oleh celah (pass) yang menghubungkan dengan barisan pegunungan dari zona tengah. Sisa zona selatan yang lain yaitu pulau Nusa Kambangan dan bukit Selok. T. Hoen menganggap bukit Selok dan Nusa Kambangan merupakan suatu Horst. Di Nusa Kambangan lapisan tanahnya (strata) terangkat dan mungkin juga terlipat. Di atas strata tersebut terdapat permukaan-permukaan yang terkikis. Dari sudut geologis Nusa Kambangan membentuk peralihan ke zona tengah, tetapi secara fisiografi dapat disamakan/ dimasukan dalam zona selatan.
b. Zona Tengah
Berbeda dengan Jawa Timur, zona tengah disini bukan merupakan depresi, melainkan suatu daerah pegunungan disebut pegunungan Serayu selatan. Pada zona selatan merupakan zona plat yang terangkat, terletak lebih ke timur, dan sebagian besar tertutup oleh dataran alluvial. Di Jawa Tengah zona ini dipengaruhi oleh gerakan yang berlawanan. Pegunungan Serayu ini dimasukan dalam zone selatan berdasarkan pertimbangan geologis. Dari sudut geologi daerah ini mengalami lipatan dan thrusting pada waktu periode meosen, akibatnya tidak hanya batuan tertier tua saja yang tampak tetapi juga batu-batuan kristalin dan batu-batuan mesozoikum lainnya.
c. Zona Utara
Peneplain Kendeng tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro. Lapisan tersebut menutup pegunungan Kendeng bagian barat dengan tidak konform dan terlipat sangat kuat disini disebut Alas Damar. Zona utara terdiri dari :
• Gunung Ungaran
Tempat ini mengalami pengangkatan seperti halnya sisa-sisa dari zona pegunungan Kendeng dan dibeberapa tempat terdapat patahan-patahan, juga pusat dari gunung yang tua tenggelam sepanjang patahan-patahan yang berbentuk lingkaran. Pada depresi tadi gunung Ungaran muda muncul, sekarang dialiri oleh sungai yang telah membentuk lembah sempit menuju lingkaran kawah yang telah terangkat dari breksea vulkanis.
• Gunung Suropati dan depresei Pening
Gunung Suropati tua yang rendah terpotong jadi dua bagian oleh lembah yang besar. Lembah ini bergabung dengan depresi Pening dimana bahan-bahan vulkanis dari segala arah dibawa kesitu dan terbendung di sebelah timur oleh pungung lipatan. Terjadinya rawa Pening ini sebenarnya merupakan pembendungan baik oleh pengangkatan punggung lipatan maupun arus vulkanis. Sungai Tuntang memotong igir tadi, sehingga mengalirkan air Rawa Pening, tetapi air Rawa Pening naik lagi akibat diadakan Station listrik pada lembah Tuntang.
• Kompleks pegunungan Dieng/ Sundoro
Bagian selanjutnya dari zona utara ini ditempati oleh beberapa kompleks pegunungan :
- Kompleks pegunungan Dieng terdiri dari suatu kelompok gunung, diantaranya terdapat plato dengan beberapa pusat letusan kecil. Plato ini disebut Dieng plato dengan beberapa candi-candi Hindu yang terkenal.
- Gunung Sundoro adalah gunung muda yang terletak disebelah tenggara Dieng yang merupakan peralihan pegunungan zona tengah.
- Komples pegunungan Jembangan sebelah utara Dieng, terdiri dari pegunungan tua dan depresi vulkano tektonik yang dipengaruhi oleh patahan-patahan yang mana sebagian besar mengalami longsoran.
 Gambar Kondisi Geologi dan Fisiografi Jawa Tengah

























































3. Jawa Barat
 Morfologi jawa barat terbagi menjadi tiga zone antara lain :
a. Zona Selatan
Zona Selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam dari samudera Hindia. Zona Selatan terdiri dari :
- Plato Jampang
Plato Jampang memiliki dip ke Selatan dengan escarpment di sebelah utaranya.. Pada Plato Jampang ini terdapat cliff yang sangat mencolok karena proses pengangkatan. Pada sudut barat daya sisa-sisa dari endapan tanggul yang terangkat ditemukan Duyfjespada “Platform” bawah yang menunjukan penurunan sementara ke bawah permukaan laut. Daerah ini mempunyai keistimewaan berupa pola lembah yang sejajar dengan garis pantai. Pola lembah tersebut terjadi karena alur sungai yang mengalir sejajar dengan garis pantai diantara tanggul pantai yang belum terjadi pengangkatan. Di dekat batas bagian utara daerah ini terangkat dengan ketinggian kurang lebih 700 meter dan tanggul pantai bagian dalam terangkat sampai 400 meter. Di daerah-daerah pada permukaan Lengkong terdapat bukit-bukit yang menonjol tinggi. Jalur yang mencolok dari bukit-bukit tersebut memotong Plato secara miring yang terletak di sebelah selatan Cikaso Udik sampai Cibuni.
- Plato Rongga
Plato Rongga terletak di sebelah timur gunung Malang. Plato ini dipnya merupakan “Flexur” tidak teratur berarah ke dataran Bandung dan sisi tenggaranya dibatasi oleh massa intrusi yang lebih tinggi yaitu gunung Cillin. Jauh ke timur seluruh escarpment besar dari zona selatan ini tertimbun oleh pegunungan muda gunung Malabar, Papandai dan Cikurai. Plato ini merupakan bagian plato selatan yang sudah tertutup oleh bahan-bahan vulkanis.
- Plato Karangnunggal
Plato ini terletak jauh ke timur dekat dengan Karangnunggal dengan permukaan 350-400 meter di atas permukaan laut. Di sebelah utaranya terdapat igir yang lebih tinggi. Plato Karangunggal ini jauh lebih rendah, lebih muda dan tidak diketahui apakah berkaitan dengan Plato Lengkong atau masih lebih muda lagi.
b. Zona Tengah
Ada Persamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan kedudukan dari gunung berapi. Selain persamaan ada beberapa perbedaaan, yaitu :
• Zona Tengah di Jawa Barat disebut depresi tetapi memiliki kedudukan yang masih tetap tinggi, contoh: Depresi Bandung mempunyai ketinggian 675 meter di atas permukaan air laut.
• Pada zona tengah Jawa Barat gunung berapi tidak terletak pada garis lurus sepanjang bagian tengah depresi.
• Pada zona tengah Jawa Barat terdapat beberapa igir dari lipatan yang jarang ditemukan di zona tengah Jawa Timur, dimana keadaanya berganti-ganti dengan depresi.
• Di bagian barat (Banten) yang menunjukan sifat yang berbeda, dimana tidak terdapat depresi, tetapi terdapat komplek pegunungan yang sedikit demi sedikit merendah menjadi perbukitan yang rendah sampai ke ujung sebelah barat pulau Jawa.

Zona Tengah Jawa Barat terdiri dari :
- Dataran Tasikmalaya
Gunung Sawal menempati posisi yang terpisah di tengah-tengah zona tengah. Dan kelompok pegunungan selanjutanya terdapat di sebelah barat dari dataran Tasikmalaya. Pegunungan ini merupakan penghalang utama dalam menghubungkan dengan zona selatan, dimana hanya terdapat celah sempit yang dipergunakan untuk jalur jalan raya (Galunggung, Talagabodi Cakrabuana).
- Dataran Garut.
Kota Garut dikelilingi pada semua sisinya oleh gunung berapi, di sebelah selatan gunung Kracak Tua dan gunung Cikaruai muda yang masih berbentuk kerucut yang teratur dan pada sebelah barat daya, barat dan utara berhubungan dengan gunung-gunung yang melintang yaitu gunung Papandai, Guntur, Mandalawangi, Calancang.
- Kompleks Pegunungan di Barat Garut.
Gunung yang paling utara ialah gunung Calancang yang tua dan kompleks, dimana sebagian sudah merupakan zone utara. Pegunungan dibagi menjadi dua golongan yaitu kelompok gunung Takuban Prahu dan Pegunungan Malabar yang memanjang dari timur ke barat gunung Takuban Prahu di batas utara.
- Lipatan Rajamandala
Di sebelah dataran Bandung terdapat gunung Rajamandala memanjang miring memotong zona tengah dan menghubungkan antara zona selatan dengan zona utara.
- Dataran Bandung.
Di sepanjang lembah Citarum terdapat tuff air tawar, tanah liat. Daerah ini telah mengalami patahan dan kemudian terangkat dibeberapa tempat dan tertutup secara tidak konform oleh tuff lakustrin baru.
- Dataran Cianjur - Sukabumi.
Depresi Cianjur telah mengalami penurunan lebih rendah dari dataran Bandung. Bagian yang paling dalam lebih kurang 270 meter di atas permukaan air laut. Ditengah Depresi Cianjur-Sukabumi muncul gunung Gede Panrangro, berupa gunung kembar.
- Kompleks gunung Gede-Pangrango
Gunung tertua pada daerah ini adalah gunung Pangrango Tua dengan kawahnya yang besar dimana diperdalam karena proses erosi. Pada sebelah timur terdapat topografi longsoran vulkanis yang khas yang terdiri dari kubah-kubah tidak beraturan pada dataran rendah.
- Sektor Banten
Bagian paling barat atau sektor Banten dari zona tengah keadaannya berbeda dengan bagian-bagian lainnya dari zona ini. Sektor Banten terdiri dari daerah pegunungan yang rumit yang dibangun baik oleh intrusi maupun batuan berlapis dan terkikis kuat dengan lembah-lembah yang dalam.


c. Zona Utara
Zona utara terdiri dari :
- Daerah Lipatan
Di Jawa timur dan Jawa tengah endapan-endapan berjalan terus tanpa gangguan selama pleosen dan pletosen tengah bagian bawah. Di Jawa Barat endapan-endapan diselingi oleh beberapa lapisan tidak konform, dimana lapisan pleosen atas dari alas Bojong di Banten serta alas pleosen Ciberang dan kali Glagah diendapkan sebagai endapan laut terakhir.
- Endapan Kipas
Berupa celah yang besar dibagian utara dekat dengan Bogor, dimana melalui celah ini mengalir bahan vulkanis Gede-Pangrango dan gunung Salak memencar merupakan kipas alluvial mencapai dekat Jakarta. Rangkaian lipatan ke timur dari celah ini ditutupi oleh endapan vulkanik lain pada permukaan yang lebih tinggi.
- Jalur Peneplain
Di bagian barat celah Bogor terdapat suatu peneplain dengan ciri-ciri khusus yang terdiri dari tuff sedikit terlipat diselingi oleh massa intrusif yang keras dengan puncak yang datar dan reruntuhan pegunungan tua.
- Gunung Cireme dan Sekitarnya
Gunung Cireme berupa gunung muda endapan vulkanisnya mengalir dan menutupi sebagian besar dari batuan lipatan lapissan bawahnya yang dibeberapa tempat batuan tadi menonjol dari batuan vulkanik bagian luar. Aliran vulkaniknya bebas sampai mencapai laut Cirebon. Pada lereng barat daya terdapat reruntuhan dari pegunungan tua. Di selatan terdapat pegunungan Celancang tua yang menutupi zona utara.

- Kompleks Takuban Prahu.
Kompleks pegunungan Takuban Prahu merupakan pusat peletusan yang terletak di utara Bandung. Bagian yang tua telah terpotong/ terkoyak oleh beberapa patahan, dan sebagian dari pegunungan ini telah longsor. Pergerakan ini ada hubungannya dengan pelipatan terakhir dari pegunungan Tambakan. Sebagian lereng selatan telah berbatasan dengan patahan Lembang, dimana bagian utara dari kompleks ini telah terlempar dan longsor. Dan sisa yang tertinggal dari pegunungan ini muncul lagi yang muda.
- Kompleks Pegunungan di Banten
Kompleks pegunungan yang besar di barat laut yang agak terpencil berupa komplek pegunungan dengan pusatnya berupa kaldera. Danau dibagian barat dekat selat Sunda.

 Kondisi Geologis Jawa Barat
a. Zona Selatan
Zona Selatan terdiri dari tiga plato yaitu plato Jampang, Rongga, Karangnunggal. Struktur geologi yang terbentuk pada Zona Selatan adalah struktur patahan. Kondisi geologisnya yaitu berupa endapan yang luas yaitu meosen atas yang terdiri dari breksea andesit seri batuan pegunungan Beser. Batuan yang dominan yaitu batuan andesit yang terbentuk karena proses intrusi magma.
b. Zona Tengah
Zona Tengah merupakan zona depresi dimana banyak terdapat gunung berapi. Batuan yang dominan adalah batuan beku karena proses erupsi (aktivitas gunung berapi). Dan juga terdapat batuan yang lain berupa batuan piroklastik dan aliran lava dihasilkan oleh 3 pusat erupsi utama yaitu G. Calancang yang menghasilkan 1 satuan aliran piroklastik, G. Kendan yang menghasilkan I satuan lava dan G. Mandalawangi yang menghasilkan 5 satuan lava dan 1 satuan jatuhan piroklastik.
Struktur geologi yang terbentuk adalah struktur sesar yang menunjukkan pola struktur dengan arch barat laut - tenggara. Terbentuknya struktur sesar sebagai akibat adanya aktivitas tektonik. Kegiatan magmatis yang berlanjut hingga Pleistosen Akhir menimbulkan gejala alterasi pada endapan volkanik yang berumur lebih tua yaitu Satuan Lava Pr. Citiis dan Satuan Lava Mandalawangi I.
c. Zona Utara
Struktur geologi yang terbentuk pada zone utara adalah struktur lipatan. Pada beberapa tempat seperti gunung Tampomas dan sungai Cimanuk, dimana zona selatan telah diratakan dan membentuk plato dan memiliki hubungan dengan pegunungan tua dan alas Tambakan. Di Zona sebelah luar dimana batuan Tambakan yang keras tidak ada, riliefnya telah menjadi rata dengan sisa-sisa bukit rendah menonjol di atas dataran alluvial dan akhirnya dipping di bawah lapisan-lapisan alluvial.
Gunung Ciremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.
Ciremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ciremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ciremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Letusan G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ciremai.

 Gambar Kondisi Geologi dan Fisiografi Jawa Barat









































































BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kawasan pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik.
2. Gerakan lempeng di Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia.
3. Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis, merupakan geosiklinal muda, dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi tersebut mengakibatkan pulau Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.
4. Dari bentuk pulau Jawa yang sempit dan memanjang, terdapat 3 zona pokok memanjang sepanjang pulau, yaitu : Zona selatan yang kurang lebih berupa plato, zona tengah yang berupa depresi, dan zona utara yang berupa rangkaian gunung lipatan.
5. Ditinjau dari kondisi geologi ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda, yaitu: zona selatan terdiri dari endapan vulkanik yang tebal dan bahan-bahan endapan yang terlipat pada waktu periode meosen tengah, zona tengah ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda, zona utara merupakan inti dari geosiklinal muda dimana banyak terdapat lipatan.
6. Kondisi fisiografi Jawa :
- Jawa Timur :
Zona plato selatan dimana permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang terangkat (uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen muda.
Zona utara atau zona lipatan kondisinya paling lebar di Jawa timur ±87 km dimana dibagi menjadi 2 sub zona yang berbeda, yaitu Igir Pegunungan Kendeng dan Perbukitan Rembang.

- Jawa Tengah
Zona selatan adalah daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah permukaan laut.
Zona tengah di sini bukan merupakan depresi, melainkan suatu daerah pegunungan yang disebut pegunungan Serayu selatan. Dari sudut geologi daerah ini mengalami lipatan dan thrusting pada waktu periode meosen.
Zona utara merupakan peneplain Kendeng yang tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro.

- Jawa Barat
Zona selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam dari samudera Hindia.
Zona tengah memiliki kesamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan kedudukan dari gunung berapi.

Kondisi Geologis Jawa Barat
Zona selatan terdiri dari tiga plato yaitu plato Jampang, Rongga, Karangnunggal. Struktur geologi yang terbentuk pada Zona Selatan adalah struktur patahan.
Zona tengah merupakan zona depresi dimana banyak terdapat gunung berapi. Batuan yang dominan adalah batuan beku karena proses erupsi (aktivitas gunung berapi) dan juga terdapat batuan yang lain berupa batuan piroklastik dan aliran lava dihasilkan oleh 3 pusat erupsi utama.
Zona utara struktur geologi yang terbentuk pada zone utara adalah struktur lipatan.

B. Saran
Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat di ambil beberapa saran yaitu antara lain:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui keadaan geologi dan fisiografi pulau Jawa.
2. Agar mahasiswa mengetahui secara runtut dampak, gejala, dan proses geologi yang terjadi di Jawa yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.















Daftar Pustaka


Out Line of The Geomorphology of Java. A.J. PANNEKOEK
TEMPO Interaktif, Bandung.
Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah"
Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur"
Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat"
Anonim www.bakosurtanal.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar