Minggu, 25 Desember 2011

TIPE BENTANG ALAM KARS DI INDONESIA


Batuan karbonat merupakan batuan yang penyusun utamanya adalah mineral karbonat. Secara umum, batuan karbonat dikenal sebagai batugamping, walaupun sebenarnya terdapat jenis yang lain yaitu dolostone. Batuan karbonat dapat terbentuk di berbagai lingkungan pengendapan. Namun umumnya batuan ini terbentuk pada lingkungan laut, terutama laut dangkal. Hal tersebut dikarenaka batuan karbonat dibentuk ole zat organic yang umumnya subur di daerah yang masih mendapat sinar matahari, kaya akan nutrisi, dll. Laut dangkal dimana batuan karbonat terbentuk disebut sebagai paparan karbonat (carbonate platform). Menurut Tucker & Wright (1991), paparan karbonat dapat dibagi menjadi rimmed shelf, ramp, epeiric, isolated platform dan drowned platform.

Karena faktor yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat bermacam-macam menyebabkan bentang alam yang dibentuk oleh batan karbonat juga beraneka ragam. Batuan karbonat, khususnya batugamping, memiliki sifat mudah larut dalam air. Hali ini dapat dijumpai terutama pada batugamping yang berkadar CO2 tinggi. Pelarutan tersebut akan menghasilkan bentukan-bentukan yang khas yang tidak dapat dijumpai pada batuan jenis lain. Gejala pelarutan ini merupakan awal dari proses karstifikasi. Morfologi yag dihasilkan oleh batuan karbonat yang mengalami karstifikasi dikenal dengan sebutan bentang alam kars.
Hampir semua daerah yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan-bentukan yang khas di setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar pengelompokan kawasan kars di Indonesia, yang antara lain adalah :

a.   Tipe Gunung Sewu
Tipe ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical) dan kubah yang jumlahnya ribuan. Selain itu di dapati adanya lembah dolina dan polje diantara bukit-bukit tersebut. Di dalam dolina didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua (through caves) maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang mengair di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar. Arah aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga Yogyakarta.

b.  Tipe Gombong
Bentang alam kars dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah selatan Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh lereng yang terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena batugamping berada di atas lapisan batuan yang kedap air maka batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata air.

c.   Tipe Maros
Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/magote). Pembentukan bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya berkedudukan tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan datar pada bagian puncaknya. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk memanjang. Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan.

d.  Tipe Wawolesea
Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan di beberapa tempat terdapat jem batan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air panas sehingga terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin yang beraneka ragam serta jarang dijumpai di tempat lain.

e.  Tipe Semau
Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda (Kala Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa rucutan (sink) dan lorong-lorongg gua yang pendek. Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai pada P. Semau sebelah barat Kupang, NTT.

f.   Tipe Nusa Penida
Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst yang tersusun atas batugamping klastik dan non klastik. Pada batugamping klastik terdapat sisipan batuan berukuran halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang bertingkat. Bentan alam dolina dan bukit kerucu t tidak berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak berkembang dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar